Rabu, 31 Maret 2010
Malaikat Q tak bersayap
5 April, Rumah sakit, sebuah tempat dimana semua ruangan didesain dengan warna putih, sayu.....suram dan memancarkan warna kesedihan. Tak ada yang pernah suka jika harus berlama-lama tinggal disini, rasanya kehidupan memang benar2 akan pergi. Namun Kayla tak pernah habis pikir, kenapa orang tuanya bersikeras membawanya pergi ke tempat menyeramkan ini. ”Kenapa sih harus ke sini lagi, pa gak ada tempat lain lagi???” Kayla merajuk ”Lo tuh za, ngikut bin nurut dikit kek ma nyokap bokap loe.....! mereka kan masukin loe kesini juga karena sayang ma loe....!!!” Dio mencoba menenangkan Keyla yang sedari tadi ogah2 an pergi ke rumah sakit, ”Sayang ato pengen melihat gue tambah sekarat disini? Ha????” ”Terserah loe deh Kay,!” Dio mendorong kursi roda Kayla dengan tetap mendengarkan celoteh Kayla yang semakin gak karuan, tapi bagi Dio celotehan Kayla tersebut bukanlah hal yang tidak menyenangkan, justru hal itu menandakan bahwa Kayla masih sehat dan 100 % wal’afiat........(pikirannya maksudnya.....!!!) Check up yang benar-benar melelahkan, jika ditambah celoteh Kayla, tau kah apa yang akan terjadi? Jika anda menjawab telinga bocor pundak lemes dan tangan hampir putus.....anda hampir benar . Karena jawaban yang paling benar adalah.........Streesssss!!! Dan itulah yang dirasakan Dio hari itu, Kayla yang bersikeras tak mau ditinggal pergi olehnya sampai check up selesai membuatnya tak berdaya dan tetap menemani sahabat terbaiknya itu. ”Yo, capek za?? ”Menurut loe??”Jawab Dio dengan mata mendelik ! ”Maapin gue deh.....!!!”Rayuan Kayla emang paling mantab didunia, ditambah dengan mata yang agak dikedipkan, gak akan ada yang bisa nolak kemauannya. ”Iya iya.....udah gak pa-pa ! Gue udah kebal ma loe......dah gak ngaruh!!!” ”Hehe, Dio emang paling baik duech.....! Besok kalo check up lagi, gue Cuma mau loe yang nganter..., ok! “Yeeeee, enak di loe kaleeee gue gaaaak !!! “Yaaah Dio……gak asyik deh…..!!! “Iza iza……cerewet amat sih….!!! “Naah, gitu dong……! Kayla tersenyum dengan sangat manis malam itu, kelelahan sama sekali tak terlihat dari wajahnya. Dio benar-benar tak pernah bisa menolak apa yang gadis itu minta. Baginya keinginan Kayla adalah suatu kewajiban yang harus diwujudkan. Karena dia benar-benar tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika dia tak melihat senyum itu lagi. Dan sayangnya, Dio tak pernah sadar bahwa selama ini dia telah jatuh cinta pada gadis itu, seorang Kayla yang tengah sekarat dan menanti maut yang setiap saat bisa menghampirinya karena penyakit kanker darah yang menggerogoti tubuhnya. 7 April, ”Huuuuuaaahhh,” Dio menguap sangat lebar, hari ini dia benar-benar lelah setelah kemarin menemani Kayla yang manjanya setengah mati. Padahal dia sudah tidur hampir genap dua hari, namun ternyata rasa emang gak bisa bo’ong (njiplak iklan dikit kan gag papah!!) badannya masih terasa pegal......remuk semua. ”Dioooooooooooooooooooo,!!!” Suara merdu setengah mati Kayla kembali mengganggu tidur yang kurang nyenyak Dio.” Banguuuuuunnnnn.....!!! ”Apaan sich...!!!Baru juga jam setengah enam, tanggung nich,” Tukas Dio sembari menarik selimut motif Harry Potter kesayangannya. ”iiiihhhhh, Dio pemalas ah.....!” ”Duuuh punya tetangga satu aja kok kayak loe sich.....???” ”Bentar lagi kan UAN, jadi intinya kita harus selalu semangat buat pergi ke sekolah mulai mhari ini,” Kayla kemnali berkicau dengan suara yang merdu ”Biarin, bodo’!!!”Selimut Dio semakin lengket menempel di tubuh Dio ”Ooooo, tega za biarin gadis cantik yang cacat pergi sendirian ke sekolah????ntar kalo ada apa-apa gimana?” ”Sssstttt.....”Dio menempelkan jari telunjuknya ke bibir Kayla.”Jangan pernah ulangi kata yang barusan loe bilang tadi, gue bener-bener gak suka.” Dio meninggalkan Kayla yang diam seribu bahasa, gadis itu benar-benar tidak paham kenapa katanya barusan bisa membuat Pemuda itu marah. Akhirnya perjalanan ke sekolah yang biasanya rmai dengan celotehan Kayla, kini benar-benar sunyi. Kedua remaja itu sibuk dengan pikirannya sendiri. ”Yo....!!!Sapa Kayla saat tiba di kelas.” ”Apa?” Dio menoleh pada gadis itu.” ”Maaf!!!” Tanda peace terbentuk di jari Kayla, dengan semburat senyum yang benar-benar manis.”Yang membuat Dio mau tak mau membalas senyuman gadis itu. ”Iza....gag papah, asal jangan diulang lagi, ok????” ”Sip boz.....!hehehe.... Begitulah, hari-hari yang setiap hari dilalui Kayla dan Dio, sepasang sahabat yang tak pernah menyadari bahwa sebenarnya mereka telah jatuh cinta. Hari-hari UAN yang mereka lalui pun terasa indah, walo ketegangan tetap saja menyelimuti mereka. ”Yo....ntar kalo gue gag bisa, gue nyontek loe za?????” Canda Kayla di sela-sela jam belajar mereka. ”Gampank........!!!!!” ”Bener?????” ”Iza iza.......!!!Apa to yang enggak buat loe....!!!!” 2 bulan setelah UAN, ”Yeeeeeeesssssssss,Yo.....kita berdua lulus!!!”Kayla berjoged di atas kursi rodanya ”Eh, lulus za lulus tapi jangan kayak gini, kursi loe ntar nggelinding gue gag tanggung jawab.......!!!” ”Za maap.....!!!” ”Eh Kay, nama loe paling atas tuch ndek daftar rangking, dapat contekan dari mana?” Tukas Dio sambil menjitak kepala Kayla. ”Dari sini,” Jawab Dio sambil menunjuk ke arah kepalanya sendiri.”Nah loe ndiri....nama loe di uruan no 2 kan???dapat contekan dri mana???ha??” ”Heem.....dari sini......!!!”Dengan wajah jahil Dio menunjuk ke arah Kayla. ”Yeee.......!!!!” ”Biarin, weeekkkz.......!!!” *************************************** Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, kelulusan dan penyerahan kembali siswa kelas tiga kepada wali masing-masing. Dan di pagi itu, Kayla berdandan sangat cantik, Dio benar-benar terpana, Pemuda itu tak pernah melihat Kayla yang secantik ini. Dan dengan bangga Dio mendorong kursi roda Kayla ke tempat yang khusus disediakan untuknya. Namun sebenarnya ada yang mengganjal di hati Dio, entah kenapa dia merasa kalo pagi itu Kayla berusaha menyembunyikan wajah pucatnya. Tangannya pun terasa sangat dingin. Namun Dio berusaha membuang prasangka buruknya. ”Kepada saudari Kayla Wijaya, waktu dan tempat kami persilahkan.” Suara pembawa acara memanggil nama Kayla untuk memberikan pesan dan kesan pada acara tersebut. Dengan bantuan seorang guru, kursi Kayla didorong naik ke atas mimbar. ”ah....saya tak pernah tahu kalo saya akan dapat kesempatan ini. Saya benar-benar tidak ada persiapan, dan jujur saya juga tidak tahu apa yang harus saya katakan disini.” Ada jeda cukup lama sebelum Kayla meneruskan kata-katanya. ”Baiklah, mungkin disini saya pribadi sebagai seorang Kayla Wijaya akan mengirimkan beberapa ucapan terimakasih pada orang yang telah membawa saya sejauh ini. Kayla berhenti sejenak untuk mengambil napas yang dirasakannya semakin berat, namun gadis itu berusaha mengacuhkannya. ”Bapak dan ibu guru, Kay ucapin terimakasih banyak. Kay janji, Kay bakal terus mengamalkan ilmu yang udah Kay dapat. ”Teman-teman....untuk semua support dan semangat yang udah kalian berikan, makasih banyak. Kalian benar-benar teman terbaik Kay. ”Buat Papa dan Mama....,maafin Kay za???Kayla tau, Kay bukan anak yang berbakti, gak pernah nurut ma kalian, bandel dan keras kepala. Hanya ini yang bisa Kay berikan ama kalian.......” Tanpa dikomando, semua orang yang ada diruangan itu menitikkan air mata. Air mata haru sekaligus bangga. Namun, tanpa diketahui siapapun, ada sepasang mata yangtetap kering dan menatap lekat pada gadis itu. Za, sepasang mata itu adalah milik Dio, pemuda itu telah berjanji pada Kayla Bahwa ia tak akan pernah menangis di hadapan gadis itu. Dan kini dia membuktikan janjinya. Dia tidak menangis meski seluruh ruangan telah penuh dengan isak tangis. Kayla meneruskan ucapannya....... ”Yang terakhir, buat sahabat terbaik Kay ! Dio, Kay ucapin terimakasih banyak. Kay pikir Kay gag akan bisa tetep tegar tanpa kamu yang rela nemenin Kay setiap hari. Dan tanpa kamu juga, Kay tau Kay gag akan bisa melakukan ini. Kayla berusaha bangkit dari kursi rodanya, gemetar, lemah dan hampir jatuh. Semua orang di ruangan tersebut spontan berteriak saat melihat adegan itu. ”Kay....!Jerit hampir semua orang di ruangan itu. Seorang guru berlari hendak menolong Kayla. ”Makasih pak, Kayla bisa kok....!!!”Senyum misterius nan pucat milik Kay kembali mengembang . ”Dio.....Kay Cuma pengen nunjukin ini me kamu, Kay udah sehat, Kamu bener....penyakit itu datangnya dari pikiran. Kalo pikiran kita sehat...pasti kita juga kuat. Iza kan???”3 hari ini Kay latihan bangkit dari kursi roda, awalnya memang gak bisa.....tapi karena Dio, Inilah Kay sekarang.” Dio yang masih terpaku hanya bisa mengangguk pasrah, dia tak pernah menyangka Kayla akan melakukan hal itu. ”Dan yang terakhir.......Yo, makasih karena udah mau jadi malaikat Kay, walo tanpa sayap, Kamu bener-bener malaikat terbaik Kay.....!!!sekali lagi makasih banyak....buat semuanya, Kay seneng...... ”Kaaaayyyyy.....!!!”Semua orang berteriak saat Kayla mengakhiri pidatonya dengan adegan yang sangat mengejutkan, Kayla yang tenaganya hanya setengah badan, pingsan saat kembali ke kursi rodanya. Itulah saat terakhir seorang gadis kuat bernama Kayla membuka matanya, gadis yang tegar itu kini telah kembali pada pangkuan-Nya. Namun tak ada yang tahu, bahwa sesaat sebelum Kayla menghembuskan nafas terakhirnya, Kay telah membisikkan sesuatu pada Dio.....bahwa gadis itu akan selalu menjaga Dio.....Dan akan terus menjadi malaikat Dio, seperti ketika Dio menjadi malaikat tanpa sayap Kay.Diposting oleh alfi di 21.33 0 komentar
Teka-Teki Cinta
04 Okt '09- seperti kebanyakan pasangan yang akan segera melangsungkan acara pertunangan, Vitto dan Aurora sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan segala macam hal yang dibutuhkan dalam acara tersebut. Mengingat tinggal sebulan acaranya akan berlangsung, maka yang mereka lakukan hari ini adalah memesan cincin tunangan.11 Okt '09- hari pun berganti, hari ini mereka berdua berencana untuk mengambil cincin tunangan yang telah mereka pesan. Vitto berangkat pagi skali menuju ke rumah Aurora. Namun tak seperti biasanya, pagi ini Aurora terlihat murung, dan Vitto pun berinisiatif untuk menanyakan apa yang sedang dipikirkan calon tunangannya tersebut. "Dhe (panggilan Vitto untuk Aurora) km kenapa, ko hari ini murung banget? apa km sedang kurang sehat? klo iya biar aq saja yang mengambil cincin itu."agak lama Aurora tak menjawab pertanyaan itu, sampai akhirnya dia mulai membuka mulutnya dan berkata "Mas (panggilan Aurora untuk Vitto) boleh ga kita tunda tunangannya?""apa?" sambil tersentak Vitto pun berdiri. lalu dia berusaha menahan emosinya dan mulai menanyakan ke Aurora sebab kenapa dia minta menunda tunangan. "loh, maksud km apa? knp tiba2 km minta ditunda tunangannya?" dengan terbata Aurora menjawab pertanyaan Vitto. "maaf Mas, aq..a..aq suka sama orang lain." bagaikan terkena pukulan telak, Vitto yang sedari tadi berdiri langsung jatuh duduk di bangku. dan setelah terdiam, dia mulai kembali pembicaraan. "knp? siapa orangnya? apakah km mencintai dia? atau..." sebelum Vitto selesai berbicara, Aurora mulai menjawab pertanyaan bertubi-tubi dari Vitto. "Aq msh blm tau dgn perasaan ini, dan aq jg blm bisa mengambil keputusan akan memilih siapa, karena aq sangat mencintaimu." kembali tersentak, Vitto pun berusaha sabar mendengar pengakuan Aurora. mungkin yang terfikirkan saat ini di otaknya adalah betapa jahat Aurora yang telah menghianati Cintanya, dan sempat terlintas untuk membatalkan semua rencananya bersama Aurora, dan meninggalkan orang yang telah menyakiti hatinya. Namun, perasaan sayang dan cinta yang dimilikinya lebih kuat dari apapun juga, dia menginginkan yang terbaik bagi Aurora dan akan memberi kesempatan Aurora untuk segera berfikir dan memilih apa yang akan dia lakukan. meneruskan rencana pertunangan, atau menjalani hubungan yang baru denganorang lain yang tetap menjadi misteri bagi Vitto soal siapa orang tersebut. "Baiklah aq akan memberikan km waktu satu minggu untuk berfikir, dan apapun keputusanmu aq aka terima, soal cincin biar aq ambil sendiri dan akan aq simpan sampai km sudah mengambil keputusan" lanjut Vitto sambil ngeloyor pergi. 18 Okt '09- singkat cerita, hari yang dinanti oleh Vitto telah tiba, hari ini Aurora akan memberikan keputusan. sementara Aurora dari pagi telah menelpon Vitto untuk segera datang ke rumahnya dan mengatakan dia telah ambil keputusan.Dirumah Aurora, lama mereka terdiam sampai akhirnya Aurora berinisiatif untuk memulai pembicaraan. "Mas, aq udah ambil keputusan, qt akan teruskan semuanya dan aq berharap Mas mau memaafkan smua kesalahanku yang lalu. Aq udah tau bahwa perasaan kemarin hanyalah sebuah kejenuhan, namun kini aq tau bahwa hanya km yang aq sayang.""Alhamdulillah.. akhirnya aq bisa bernapas lega, karna jujur aq takan pernah bisa jika harus kehilangan km." Vitto pun menyambut antusias pernyataan Aurora. "aq pun telah memaafkanmu dan menganggap tidak pernah ada masalah diantara qt." sambung Vitto. 01 Nov '09- Singkat cerita (maaf bnyk disingkat namanya jg cerpen)acara yang dinanti telah tiba, Aurora bangun pagi sekali dan telah tampil sangat cantik dengan tatanan gaun dan gaya rambut yang benar2 menunjukan keanggunan wanita.melihat jam Aurora agak sedikit cemas, ternyata sudah pukul 11.00 atau lebih 2 jam dari waktu yang ditentukan yakni jam 09.00. dalam kecemasan, Handphone pun berdering dan segera diangkat oleh Aurora, terdengar disana suara yang tidak asing baginya. yups, itu adalah suara Nayla (adik kandung Vitto)."M...mba..ini aq Nayla" si adik mengawali pembicaraan."iya Nay, ada apa? km Nangis ya?" jawab Aurora"m..m..ma..maaf Mba, saya cma mau kasih kabar", lanjut Nayla"kabar apa Nay? jangan bikin Mba penasaran dong" timpal Aurora bingung."Mas Vitto Mba, Mas Vitto..." Nayla kembali melanjutkan kata-katanya"Mas Vitto kenapa? Nay, Mas Vitto kenapa?" Aurora semakin bingung dan cemas"Mas Vitto kecelakaan dan dia tidak selamat Mab..." jawab Nayla yang diikuti isak tangis.praaak... suara handphone terjatuh dan Aurora pun jatuh pingsan.akhirnya seluruh tamu undangan dan semua anggota keluarga mengerumuni Aurora tanpa tau apa yang baru saja terjadi dan bertanya-tanya tentang berita yang membuat Aurora jatuh pingsan.
Diposting oleh alfi di 21.32 0 komentar
My First Love
Aku termenung menatap bulan di teras rumah. Orang yang kutunggu-tunggu hingga kini belum juga datang. Sudah satu jam ia terlambat. Namun aku tetap setia menunggunya. Saat aku termenung, kenangan dua bulan yang lalu mulai berkelebat di pikiranku.*** “Uh, mana sih perlengkapan MOS ku? Kok pada hilang semua sih!” ujarku pada diri sendiri sambil mencari perlengkapan MOS (Masa Orientasi Siswa) yang harus dibawa pada hari ini. Kalau tidak bawa, siap-siap deh, jadi sasaran empuk para senior yang raja tega. Dan aku nggak mau kena resiko serangan jantung mendadak gara-gara dibentak-bentak senior. “Nah, ini dia! Kemana aja sih, kamu? Bikin aku khawatir aja,” ujarku pada kantung plastik yang berisi kotak makan bentuk kelinci, botol minuman khas anak TK, botol air mineral yang dihiasi kertas warna-warni, dan tentu saja kantung plastik bertali rafia kepang yang menjadi tas selama 3 hari ke depan. Maklumlah, masa orientasi siswa sekarang menjadi ajang para senior OSIS membuat para murid baru terlihat aneh bin ajaib dengan barang-barang bawaan mereka, dan tentu saja itu semua titah dari yang mulia senior OSIS. ”Sunny. Cepet berangkat. Udah siang lho. Masa hari pertama sudah telat,” ujar mama dari dapur. “”Iya, Ma! Aku udah mau berangkat nih,” setelah mengecek penampilan di kaca dan memastikan semua perangkat MOS tidak ada yang tertinggal, I’m ready to go! Sesampai di SMA Harapan Bunda, terlihat para senior stand bye di depan gerbang untuk mengecek para siswa baru yang melanggar peraturan, tak terkecuali aku. Mereka melihatku dari atas ke bawah seperti tak mau luput dari kesalahan yang kubuat. Fiuh, akhirnya aku lolos dan langsung saja aku beranjak menuju lapangan sekolah untuk acara pembukaan MOS. Dan aku menangkap sosoknya. Sosok yang selama 4 tahun ini tidak kutemui. Yang selama 4 tahun ini aku rindukan. Dan selama 4 tahun ini tidak pernah aku bayangkan untuk bertemu denganya lagi. Aku melihatnya ditengah kerumunan siswa baru. Meski sudah 4 tahun tidak bertemu, tapi ingatan tentangnya di masa lalu masih terekam di otakku. Meski banyak perubahan pada fisiknya, tapi aku masih bisa mengenalinya. Ghifari Hermanto. Seseorang yang sempat menempati tempat istimewa di hatiku. Dialah cinta pertamaku. My first love. Aku kembali teringat dengan janji yang pernah dia buat kepadaku, sebelum dia pindah ke Jepang saat kelas 5 SD. ”Sun, nanti kalau aku kembali ke Indonesia, kita pacaran ya. Soalnya aku suka sama kamu,” janjinya kepadaku. Janji seorang anak kelas 5 SD yang belum mengenal arti cinta yang sesungguhnya. Ingin kuhampiri dirinya saat ini. Namun, kuurungkan niatku. Berbagai pertanyaan berkelebat di benakku. Apakah ia masih ingat janjinya kepadaku? Atau apakah ia masih mengenaliku? Karena kulihat ia cukup populer di hari pertamanya sekolah. Sementara aku, belum satu orang pun yang kukenal. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Sahabatku saat SD, Sophie, menghampiriku. “Sunny, lama kita nggak ketemu! Gimana kabarmu?” tanyanya padaku. Kami berpelukan sesaat sambil melepas rindu. ”Aku baik-baik saja,” jawabku, tapi pandanganku masih melihat ke sosoknya. Melihat pandanganku yang tidak fokus padanya, Sophie mengikuti arah pandanganku. ”Oh, kamu lagi nglihatin Ghifari, ya? Ke sana yuk!” ajaknya padaku. Aku hanya menurut saja ketika tanganku ditarik oleh Sophie. Meski Sophie sahabatku, ia tidak tahu tentang janji Ghifari padaku. Dadaku berdegup kencang ketika berjalan menuju arahnya. Seketika pertayaan-pertanyaan itu kembali berkelebat di pikiranku. ”Hai, Ghif! Lama nggak ketemu nih. Gimana kabarmu? Enak nggak tinggal di Jepang?” rentetan pertanyaan langsung diucapkan Sophie tanpa memikirkan apakah Ghifari masih ingat padanya. Ghifari masih bingung dengan kedatangan kami yang mendadak dan terlihat berusaha mengingat-ingat Sophie. ”Eh, kamu masih inget sama aku kan?” tanya Sophie yang mulai menyadari bahwa Ghifari masih bingung. Seketika Ghifari menjetikkan jarinya tanda ia berhasil mengingat. ”Aku tahu! Kamu Sophie kan? Aku ingat sekarang. Aku baik-baik aja kok. Kalau di Jepang sih, kayaknya sama aja. Enak di Indonesia malah,” jawabnya. Saat itu, ia langsung melihat ke arahku. Ia tersenyum singkat lalu menyapaku. ”Hai, Sunny! Ogenki desuka (Bagaimana kabarmu)?” sapanya dalam bahasa Jepang. Dia masih mengenaliku! Untung saja aku bisa sedikit bahasa Jepang. Sejak ia pergi, aku langsung mengambil kursus bahasa Jepang supaya suatu saat nanti saat ia pulang, aku bisa mengobrol denganya memakai bahasa Jepang. “Haii, Genki desu, (aku baik-baik saja), ” jawabku sambil menatap matanya. Ternyata sikapnya biasa-biasa saja padaku. Sepertinya dia tidak ingat janjnya padaku. ”Ghifari! Ayo kita baris. Kan obrolan kita tadi belum selesai,” ujar sekelompok cewek yang tampak tidak senang saat aku dan Sophie ngobrol dengannya. ”Soph, Sun, aku ke sana dulu ya. Ntar kita lanjutin lagi ngobrolnya. Bye!” pamitnya pada kita. Benar dugaanku, dia memang poular. Mana mau dia pacaran denganku yang biasa-biasa saja, sementara sekelompok cewek tadi terlihat sempurna di mataku. Mereka cantik, ”Para siswa baru, diharap baris sesuai dengan kelas yang sudah ditentukan,” terdengar pengumuman dari pihak OSIS. Ternyata dia tidak sekelas denganku. Sebagai gantinya aku sekelas dengan Sophie. Kuamati dia lagi. Sosoknya yang tinggi menjulang, rambut jabrik kecoklatan, dan wajah yang tampan sesuai khas pemuda Jepang. Saat ia tersenyum, dua lesung pipit menghiasi pipinya sehingga membuat senyumnya semakin manis. ”Upacara pembukaan Masa Orientasi Siswa dimulai,” suara pembawa acara menghentikanku mengamati Ghifari. Aku mulai konsentrasi pada upacara.*** Sudah satu bulan berlalu sejak pertemuan kami. Semua masih biasa-biasa saja. Tidak ada tanda-tanda Ghifari mau menepati janjinya. Dalam sekejap ia menjadi siswa populer di sekolah. Ia selalu dikerubuti cewek-cewek, baik senior maupun junior. Sementara aku, walau tidak sepopuler Ghifari, banyak siswa mengenalku. Aku dan Ghifari hanya saling menyapa saat bertemu. Hingga saat sekolah mengadakan Masa Orientasi Pramuka, mengharuskan kami berkemah semalam di sekolah dan kebetulan aku dan Ghifari menjadi perwakilan kelompok saat acara penjelajahan. Aku selalu berusaha agar jarak kami selalu dekat meski ia tidak tahu keberadaanku. Di tengah perjalanan, kakak pembina membagi kami berpasangan putar-putri dalam penjelajahan kali ini. Kami diminta mengambil undian dan mencari pasangan dengan nomor yang sama. Kebetulan kami berpasangan. Kulihat Ghifari mulai menghampiriku. ”Hai, kita berpasangan. Mohon bantuanya,” ucapnya padaku. Aku hanya mengangguk tanda setuju. ”Penjelajahan akan diadakan dua gelombang dengan rute yang berbeda..” kakak pembina mulai menjelaskan teknisi penjelajahan. Kami ternyata masuk dalam gelombang pertama. Di perjalanan, kami terus mengobrol untuk mengusir rasa tegang karena hari sudah malam. ”Kau sudah punya pacar?” tanyanya padaku. Seketika aku terkejut dan langsung menjawab pertanyaanya dengan tenang. ”Belum,” karena aku masih menunggumu, ”Bagaimana dengan cewek-cewek di sekelilingmu? Kulihat kau cukup populer di lingkungan sekolah,” aku balik bertanya padanya. ”Baka no onna no ko (cewek-cewek bodoh),” jawabnya singkat. ”Uso (bohong)! Kulihat mereka cantik-cantik. Masa kau tidak tertarik,” ujarku sambil tertawa kecil. Ghifari langsung menghentikan langkahnya dan langsung menatapku. ”Anata wa boku no mono desu (Kau milikku)!” ujarnya sambil menatap tajam mataku. Aku terkejut mendengarnya. Aku hanya bisa menatapnya penuh tanya, apa maksud perkataanya? “Aishiteru. Apa kamu masih ingat janjiku saat kita kelas 5?” tanyanya padaku. Dia masih mengingatnya! Aku hanya mengangguk dan selanjutnya pandanganku kabur karena airmataku mengalir dari mataku. Ghifari yang melihatku menangis langsung bertanya padaku. ”Kamu kenapa? Sun, jangan nangis. Kamu nggak suka ya kalau aku ngomong gini?” tanyanya padaku sambil menyeka airmataku dengan jarinya dengan sangat lembut dan hat-hati. ”Aku nggak apa-apa. Terus, selama ini kenapa sikapmu biasa-biasa saja padaku ? kukira kamu sudah lupa sama janjimu sendiri,” ”Itu semua karena aku mau melindungimu dari cewek-cewek di sekitarku. Aku nggak mau kamu terluka gara-gara aku. Mereka mendekatiku karena fisikku dan aku pindahan dari Jepang. Cuma kamu yang tau aku. Aku mencari waktu yang tepat untuk mengatakan ini semua. Dan sekaranglah saatnya,” jelasnya padaku. Aku langsung memeluknya dan berkata apa yang ingin kukatakan. ”Aishiteru.” ”Arigatou, ne. Ai (terima kasih, sayang),” ucapnya sambil balas memelukku. Kamu terus berpelukan hingga aku tersadar sesuatu. ”Hei, bukannya kita masih penjelajahan. Nanti dikira kita hilang lagi, kalau nggak balik-balik ke pos,” ujarku sambil sedikit bercanda. ”Oh, iya. Aku lupa. Yuk,” balas Ghifari sambil menggandeng tanganku dan kami tertawa lepas menyadari kebodohan kami.*** ”Tin, tin...” bunyi klakson mobil menyadarkanku dari lamunan. Ternyata Ghifari sudah datang. Aku segera menghampiri mobilnya. ”Hayo, nglamunin siapa? Aku ya?” candanya sambil mengacak rambutku sayang. “Idih, enak aja. Kamu tuh ke-PD an. Udah yuk, berangkat. Nanti kemalaman lagi,” ajakku. ”Yuk,” Ghifari membukakan pintu untukku dan mempersilahkan aku masuk. Sepanjang perjalanan, lagu First Love-nya Utada Hikaru mengalun lembut dari dalam mobil. You are always gonna be the oneImawa mada kanashii love songNow and forever(Utada Hikaru- First Love)Diposting oleh alfi di 21.31 0 komentar
malam.., ku akui aku kalah!!!!
(malam ini)semakin aku ingin memejamkan mata ini, semakin aku sungguh melihat senyumanmu sangatlah jelas. bagaimana tidak, seharian ini aku bersama senyumannya itu. senyuman yang hingga kini tak kumengerti maknanya. akupun tak mengerti apakah kau memang selalu tersenyum seperti itu atau memang hanya untukku. ah.... terlalu naif bagiku untuk berfikir itu. tapi masalahnya malam ini memang serasa panjang sekali. aku benar-benar tak bisa terlelap sedikitpun. mata ini serasa tak bisa lelap, karna senyuman itu selalu saja menjaga tiap lelapku. kenapa malam ini. ada apa denganku... lalu senyap....(kejadian tadi siang)ah.... lagi-lagi senyuman mu menggores hatiku, apa memang kau selalu tersenyum seperti itu atau.....kau begitu ceria, apa memang kau selalu begitu atau....."kemanah lagi nih kita" aku bertanya padamu sambil menahan hati yang terus berdebar, "ke rumah Ika, tau kan?" dan lagi-lagi kau sunggingkan senyuman itu... sepeda motormu berlaju kencang, bagai ditiup angin kurasa, aku serasa di awang-awang, entah dari kapan kurasakan ini. tapi sepertinya baru-baru ini. karna seharusnya kemarin... ya kemarin aku masih terlalu cuek dan biasa saja, apa mungkin karna tadi malam? ah.... aku terus berfikir.... karna malam tadi aku jadi sangat begitu memperhatikanya, dan tak sengaja pula aku masukan senyumnya kehati ini. benarkah???? (malam sebelumnya)bipp...bipp.... suara Nokia 2630ku "maniesss..... jadi gak nih, mumpung aku masih blum pulang" ah... ni manusia paling gombal.... dasar... aku masih sibuk dengan pekerjaanku, jariku tetap mengetik sms "jadi lah!!" ku kirim padanya, lalu aku kembali larut dengan pekerjaanku... bippp...bipp... "oke deh... sekarang lagi dimana? dijmput dimanah nih? dikost ajah yah" ah.... ni manusia cerewet banget, gak tau kalau aku sedanga sibuk-sibuknya, ku ketik balasan "ok" lalu kembali aku sibuk dengan pekerjaanku,memang sebelumnya ku menawarkan padanya untuk menghadiri acaraku malam ini, aku berfikir dari pada sendirian, kan lumayan ada yang bonceng dan gak terlalu lelah. aku pun awalnya kaget kenapa dia langsung meng"iyah"kan ketika aku menawarkan acaraku padanya, padahal jujur aku hanya basa-basi saja. tapi ketika ku tau ai amu aku pun tak berkeberatan, karna akupun merasa teebantu,,,....padahal aku denganya gak begitu dekat, kami akhir-akhir ini memang dekat karna ia selalu bersamaan dengan sahabatku. kebetulan pula ia memang satu kepanitiaan suatu acara yg aku pegang. wah.... aku anggap ini hal yang biasa...(waktu pulang kerja)sampai di kost aku langsung menelponya "yah... tunggu sebentar, aku lagi dijalan" kalimat di seberang sana. aku menunggu di depan gerbang, tak lama datang seorang laki-laki jaket hitam.... tak banyak bicara aku langsung naik ke motornya "ayo brangkat!!!" aku bersemangat. aku bersaemangat malam itu karna aku berfikir akan bertemu teman2 dekatku di acara itu, lama perjalanan kami bicara hal-hal yang sangat biasa-bisa saja. tak ada yang sepesial. bercanda dan melaju terus ketempat acara. sampai dijalan aku masih harus menahan kecewa karana kita harus mencari alamt terlebi dahulu. sejam lewat bertanya sini dan sanah, dua jam lewat.... akhirnya aku menemukanya, oh sungguh ada rasa tak enak padanya, ini sunguh sudah larut malam, dan begitu sabarnya ia. sangat sabar mencari alamt... masih bisa tertawa dan canda ria.... aku tertegun. tenyata ia baik... ^_^sampai ditempat acara sangatlah malam. aku sibuk dengan teman2ku.ia tetap sabar, aku memperkenalkannya pada semua temanku. sedikit canda padanya.. "nanti kalau ada yang tanya kamu sipanya aku, bilang ajah pacarnya yah".... kau tertawa sambil mengiyah kan dengan dalam..... aku senang.... yah setidaknya da beberapa orang yang akan mundur setelah mendengar ini, dan aku jadi tak terganggu lagi. aku senang... tanpa aku sadari aku semakin kagum padamu....selesai acara... kita belum tidur malam itu, kau tetap masih sabar, bahkan hingga aku menyusahkan mu dengan harus tidur dimotor, yang ku tau itu berbahaya, kau tak cerewat, masih tetap sabar.... dan akupun semakin tertegun dan kagum....sampai dikost, kau malah mengajaku berkeliling hingga sore hari... kau masih tetap sabar, tetap ceria dan tetap semangat. aku semakin dan semakin kagum. hingga tanpa kusadari aku mengagumi mu saat itu. kau tau aku harus kerja malam, kau menunggu ku hingga malam tiba, aku terlalu lelah dan tak menghiraukan mu lagi, aku masuk kamar dan tidur, ketika alarem berbunyi di tengah malam, aku bersiap untuk ambil sif kerjaku, pintu kubuka sungguh aku tertegun kau masih disana. di depn kamar kosku. kau tertidur dilantai tanpa alas, tanpa bantal dan tanpa selimut. aku terpaku melihatmu. sungguh hatiku tertusuk. kenapa kau masih disini. lalu aku teringat tanyamu padaku "nanti brangkat kerja naik apa? ya udah biar aku anter" aku sadar dari lamunanku, kusentuh dahimu... kau membuka matamu... lalu tanpa pikr panjang kau ambil nasi bungkus yang kau beli sebelum aku tidur "makan dulu nih"... aku mengeleng "ga nafsu. dah untuk mu sajah...".... aku sungguh sudah tak bernafsu makan melihatnya seperti ini, aku hanyut daam perasaanku dan diam melihatnya memakan nasi jatahku, selesai makan aku langsung diantarnya ketempat kerja, masih dengan semangat dan senyumnya.... tapi aku masih diam... terpaku.....(malam ini)mungkin karna hal ini.... mungkin karna hari itu.... aku sungguh tak bisa terpejam.... terus teringat senyumnya.... semangatnya.... kesabaranya.... canda tawanya yang awalnya kurasa biasa saja, jadi indah kukenang.... dan aku pun semakin mengerti, kali ini aku kalah dengan malam.... aku kalah.... karna malam ini aku merindukanya....Diposting oleh alfi di 21.23 0 komentar
Aku Hidup Untuk Kedua Kalinya
Waktu tak terasa cepat aku berada ditempat itu, tapi aku merasa kalau aku berada disitu belum sampai satu hari. Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang memanggil aku dan akupun mencari suara itu. Akupun berdiri dan meninggalkan tempat duduk dan kaki aku melangkah satu demi satu langkah kaki aku terus menerus menjauh dari tempat duduk aku. Semakin aku melangkah, semakin suara itu dekat kepada aku tapi sesosok orang tak ada disitu, akupun bingung dan cemas dengan hati yang kacau. Tak kuat hati aku dengan suasana seperti itu, akupun meneteskan airmata dengan perasaan yang kacau. Suara apakah ini yang aku dengar. Tiba-tiba seseorang yang dibelakang aku memeluk aku dengan erat, peluk eratnya begitu hangat aku rasakan. Sudah lama aku tak pernah merasakan pelukan sehangat itu, dengan pelukan itu hati aku menjadi tenang padahal semula hati aku kacau dan bingung. Aku penasaran, siapa yang memeluk aku dengan begitu hangatnya, akupun melihat orang yang ada dibelakang aku, dan yang aku lihat orang yang memeluk aku itu teryata dia adalah kakak aku. Akupun begitu sangat terkejut, kenapa dia bisa bersama aku. Sikapnya tak beda jauh untuk sebelumnya, dia tak berkata apapun kecuali kata”Pulanglah”.Aku tak tahu kenapa yang semula aku tak ingin pulang dan ingin bersama kakak aku tapi tiba-tiba aku pun ingin pulang setelah mendengar suara itu, suara yang panggil aku seolah-olah ingin aku disampingnya. Dengan keinginan seperti itu, aku ingin ingin pulang.Waktu sudah berlalu selama satu bulan, aku terbaring tak berdaya di rumah sakit, aku tak tau berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya rumah sakit dan biaya obatnya. Yang sedang menunggu aku saat ini adalah ibu, kak dhieka dan ayahnya dhieka serta kak vita ( yang mencintai kakak Joe ). Disitu aku mendengar suara rintihan kak vita yang merasa sangat bersalah,” Gyet, cepatlah bangun kak joe sedang menanti kamu untuk kamu temani, dia sudah terlalu lama menunggu kamu sadar.” Itulah ucapan yang diucapkan oleh kak vita. Akupun langsung meneteskan airmata dengan keadaan terbaring tak berdaya. Kak vita pun berkata,” janganlah kau sedih, cepat bangunlah.” Aku pun meminta dan memohon kepada Tuhan :Tuhan…aku meminta kepada-Mu, sembuhkanlah aku jika aku memang ditakdirkan sembuh tapi jika aku Kau panggil, aku rela Tuhan.Tuhan…Kau maha segalanya. Berikanlah Mukjizat kepada aku, Ulurkan cahaya lewat tangan-Mu Tuhan, Amien.Setelah aku mengucapkan permohonan itu kepada-Nya didalam hati aku, kemudian aku mengucapakan doa. Tak lama beberapa menit kemudian setelah aku mengucapkan doa, tiba-tiba cahaya putih yang terang benderang seolah-olah menjemput aku. Cahaya itu semakin lama semakin dekat kepada aku. Dan akhirnya akupun ada didalam cahaya putih itu. Ketika aku merasa cahaya putih itu jauh dari aku dan merasa gelap, akhirnya aku bukalah mata aku. Dan yang aku lihat saat ituPertama aku melihat kakak Dhieka kemudian Ibu, ayah dan paman. Dan akupun langsung menanyakan kak joe.“Kak Joe, dimana ya…” Tanya aku“ Istirahat dulu, kamu kan baru sembuh dari koma.” Jawab kak dhieka“ Tolong kasih tau…dimana kak Joe sekarang, kenapa dia tak ada disini.” Tanya aku sekali lagitapi mereka semuanya tak satupun menjawab pertanyaan aku, dan akupun tak henti-hentinya menanyakan tentang kak Joe.“ kak Joe mana bu…..” Tanya aku“Kenapa kalian diam semua, kenapa tak ada yang jawab pertanyaan aku.” Tanya aku“ Kak joe sekarang ada di…………..”jawab dhieka dengan nada yang pelan dan cemas“Ada dimana……tolong kasih tau, Dia baik-baik aja kan.” Tanya aku lagiTiba-tiba seorang suster dan dokter datang ke kamar rawat aku. Dan akupun juga menanyakan tentang kak Joe tapi mereka juga diam sama seperti mereka. Dan satu jawaban yang aku dapat dari seorang dokter yaitu kamu harus istirahat. Dengan perkataan seperti itu, akupun langsung seketika mengeluarkan kata semacam ancaman.“ aku tak kan istirahat sebelum aku tau dimana kak Joe sekarang.” Celoteh akuTiba-tiba ayah aku bilang sesuatu yang menurut aku begitu sangat aneh untuk didengar.“Bu, kita harus kasih tau dimana Joe sekarang, kita tak bisa seperti ini selamanya, cepat atau lambat dia akan tau.” Celoteh ayah“ Emangnya kak Joe kemana yah..!” Tanya aku“ Gyet kamu yang sabar ya…..kak Joe sudah tenang disisi tuhan.” Jawab ayah“ Maksudnya..Kak Joe sudah meninggal.” Jawab aku“ Kamu yang sabar ya gyet….” Jawab dhieka“Gak mungkin kalau kak joe ninggalin aku…dia dah janji padaku…” jawab aku dengan teriak dan histeris“ Gyet, sabar…ini sudah takdir kita semua terutama kak joe.” Jawab dhieka“ kak Dhieka, gak tau apa yang aku rasakan sekarang…orang yang sayang sama aku sekarang tak ada satupun yang sayang sama aku.”celoteh aku“ Semua sayang sama kamu gyet, aku saja merasa iri sama kamu.” Jawab kak vita“ ini semua tak adil bagi aku……….gak mungkin…..pokoknya aku ingin banget ketemu sama kakak aku, aku ingin ketemu.” Akupun tak terima apa yang terjadi sama aku, aku mengatakan dengan teriak sekencang-kencangnyaAkhirnya seorang suster mendengar jeritan aku dan menghampiri kamar aku dan menanyakan keadaan aku saat itu, suster itu pun langsung memanggil dokter dan langsung memberi suntikan obat bius kepada aku. Dan kata Dokter, aku sedang mengalami stress berat dan shock apa yang terjadi dengan saat ini.Setelah aku diberi obat bius, akupun lupa setelah apa yang terjadi saat itu. Beberapa jam kemudian akupun siuman dari obat bius, tapi aku tak histeris lagi. Aku hanya melihat apa yang ada didepan mataku sekarang, aku menghiraukan orang-orang yang berdiri disamping kanan dan kiriku. Disitu aku tak berkata satu katapun, aku hanya diam dengan pandangan kosong. Airmataku ini terus-menerus keluar dari mataku tanpa henti-hentinya sambil mengucapkan suatu kata dalam hatiku :“ Tuhan…. Apa kesalahan aku sehingga kau ambil jiwa dan semangat aku, kau ambil kakak yang aku sayangi, aku merasa kalau aku tak pantas tuk memilikinya. Jika Kau bisa kembalikan dia padaku, aku rela menukar apa yang aku miliki meskipun itu nyawa aku tuhan. Kembalikan kepada aku.”Hanya kata itu yang selalu teringat dalam hati aku, aku tak henti-hentinya mengucapkan kata itu. Kak Dhieka tak tega melihat aku menangis dengan termenung. Kak dhieka membisikan kata sesuatu ke telinga aku dengan begitu dekatnya.“gyet, kau harus tegar, kak joe pasti sedih melihat kamu begitu. Jika kamu sayang sama dia, kamu harus tegar dan tabah menerima semua keadaan ini.”Aku pun hanya menjawab satu kata dengan pandangan kosong,” aku hanya ingin kak Joe.” Kak dhieka pun langsung sedih melihat aku atas jawaban aku. Sampai-sampai kak dhieka berpikir kalau aku bukanlah aku yang dulu yang manja, egois dan tak pernah mau ngalah. Kak dhieka tak ingin lihat aku lebih stress lagi, sehingga, dia selalu ngajak aku bicara tentang semuanya yang bisa buat aku gembira.“Gyet, kamu ingat saat kita pergi ke pantai pada waktu malam hari, disitu kamu ceria banget. Dan kamu juga ingin menjadi bintang yang terang dimalam hari. Saat itu akupun menjawab kalau kamu sudah jadi bintang saat ini, dan kamu masih ingat kan, apa terjadi selanjutnya?” tanya kak dhieka“ Ya aku masih ingat, saat itu aku ingin sekali jadi bintang yang terang, yang selalu buat orang bahagia dan gembira.” Jawab aku“Tapi sekarang kamu bintang yang sinarnya makin lama semakin hilang dan redup, pada bintang yang aku temukan saat itu.” Tanya kak dhieka“Aku bukanlah bintang, aku hanya seorang manusia, yang dimana manusia ini tak punya cahaya terang untuk hidupnya. Manusia yang bodoh, manusia yang tak tau apa yang semestinya dilakukan.” Jawab aku dengan meneteskan airmata serta patah semangat.“Kata siapa kamu adalah manusia yang bodoh, manusia yang tak punya cahaya terang. Justru kamulah cahaya untuk aku. Semangat kamu, keceriaan kamu, senyuman kamu itulah cahaya kamu. Dimana semuanya itu?” tanya kak dhieka“Semua itu ada dan bisa aku lakukan karena kak joe, tanpa dia hidup aku semangat sekalipun cahaya aku pun akan hilang seiring dengan tak adanya kak joe.” Jawaban aku“ aku tanya tuk sekali lagi, Apa kamu sayang sama kak joe?” tanya kak dhieka“Tanpa diucapakan dan tanpa dibilang, aku begitu sangat sayang dan sayang sama kak joe.” Jawab aku“ Trus apa kamu pikir, kamu lakuin ini, kak joe akan senang melihat perilaku kamu saat ini? Kalau boleh aku tebak, dia pasti sedih.” Tanya kak dhieka“Tapi dia tahu apa yang aku inginkan saat ini, aku hanya ingin kak Joe ada didepan aku.” Jawab akuKak dhiekapun lelah dengan sikap aku, dia begitu tak kuat menahan kesedihan atas diri aku dan akhirnya dia meneteskan airmatanya, dan aku melihat kak dhieka meneteskan airmtanya.“Kenapa kakak menagis?”tanya kau“Aku sedih lihat kamu seperti ini…sama seperti kak joe pasti sedih lihat kamu seperti ini.”tanya kak dhieka“Kakak jangan sedih ya, jika kakak sedih terus siapa yang jaga orang tua kita tersenyum dan buat bahagia.” Jawab akuBeberapa menit kemudian, akupun seolah-olah pernah mendengar ucapan seperti itu,yaitu kata bahagia,akupun bingung dengan kata itu. Bahagia,bahagia…kata itu sering sekali ada dipikiran aku. Dengan kebingunan ini, akupun hilang kendali terhadap diri aku dan mulai histeris lagi serta trus mengucapkan, aku ingin bahagia bersama kak joe, aku ingin bahagia.”Dengan Susana yang seperti itu, akhirnya seorang suster menghampiri ruang rawat aku, dan sekali lagi, untuk menenangkan diri aku ini, aku harus diberikan suntikan obat bius tapi aku menolak dan berkata kalau aku ini tak apa-apa, aku tak ingin obat itu tapi aku hanya ingin bahagia. Dan suster itu pun berkata juga, obat ini akan buat kamu bahagia dan tenang. Akupun tetap saja tak mau dengan obat itu tapi susterpun tak kuasa memegang diri aku yang selalu berontak dan suster itupun langsung meminta bantuan ayah dan ibu tuk memegang diri aku, seolah-olah aku ini tak sehat yang harus diberikan obat setiap satu jam. Dengan pegangan yang kuat, akhirnya obat bius itu pun mau tak mau sudah aku rasakan didalam tubuh aku, detik demi detik diri aku lemas dan merasa sangat capek dan akupun tertidur dengan lelap.Setelah aku tertidur lelap dengan obat bius, maka Kak dhieka pun menemani aku disamping aku serta menenangkan aku. Aku pun merasa sentuhan kak dhieka meskipun aku masih tertidur. Sentuhan itu aku rasakan sangat nyaman banget dan seolah-olah mengatakan kesedihan dan kebingungan, akhirnya aku meneteskan airmata aku dan kak hdieka pun menghapus airmata aku tersebut serta mencium keningku. Aku merasakan bahagia.Tak Lama kemudian, aku terbangun dari tidur aku tapi aku tenang saat itu, aku tak histeris lagi. Aku pun sangat sadar kalau keaadan ini harus aku terima dengan kuat dan tegar. Secara tiba-tiba kak dhieka mengatakan sesuatu kepada aku, “Gyet, kamu harus kuat dan tegar akan semua ini. Ini jalan terbaik bagi kamu menurut Tuhan.”Aku pun langsung menjawab dengan kata singkat, “ Ya… aku harus kuat”Selang berapa menit, akupun tau apa yang harus aku lakukan saat ini setelah mendengar ucapan kak dhieka. “Ya, kak aku harus kuat dan tegar tuk hadapi semua ini, karena aku harus jaga orang tua aku dan adek aku.” Aku berkata dalam hati kecilku. Beberapa menit kemudian, aku meminta sesuatu pada ibu,ayah dan adek.“Bu, aku ingin melihat makam kak joe. Anterin aku ya bu!” tanya aku“Ibu pasti anterin kamu gyeta. Tanpa kamu mintapun, ibu akan anterin kamu ke makam kak joe, tapi setelah kamu sembuh ya!” jawab ibu“ Ya bu, aku pasti sembuh.” Sahut aku“Alhamdulilah kamu sekarang sudah ikhlas terima semuanya.”jawab ibu“ Ya , karna aku yakin ini terbaik untuk aku, dan aku yakin tuhan ada didiri aku saat ini.” Jawab akuDiposting oleh alfi di 21.23 0 komentar
Aku pasti kembali
Rumah mungil terbuat dari kayu dan atapnya ditutupi sirap dari kayu ulin, asri dengan tanaman-tanaman hias berjejer rapi di halaman, pagar membatasi halaman dengan jalan, berdiri dengan kokoh, walau hanya terbuat dari kayu-kayu bekas, namun masih terlihat berderet teratur. Rumput-rumput juga tampak selalu di potong setiap harinya. Bagian kanan samping rumah, sebuah kandang lumayan besar berdiri menemani rumah mungil itu dengan setia. Kicau burung kutilang sesekali terdengar dari belakang rumah, dengan kandang tergantung.Langit siang itu membiru dengan awan-awan putih beriak perlahan-lahan bergeser mengikuti angin. Matahari dengan keceriaan tanpa terik membuat suasana siang itu benderang tanpa keluhan dari siapapun. Angin yang semilir dari utara keselatan pun ikut mewarnai hari itu. Perempuan dengan rambut sedikit berombak, model tahun 90-an mata kecoklatan dengan alis di ibaratkan lebah, seperti lebah yang sedang berbaris. Bibirnya seperti tomat, warna tomat yang memang pas dengan buahnya. Ranum. Kulit wanita ini kecoklatan, namun tidak menghilangkan kesan eksotis yang terpancar dari wajahnya. Perempuan itu duduk, kakinya terus bergerak berayun menghilangkan resah. Sejak 2 jam lalu ia begitu saja tidak berdiri ataupun menggerakkan tangannya, hanya kakinya saja yang berayun. Meja disebelah ia duduk dilapisi debu tipis. Biasanya perempuan itu akan risih walau hanya setitik debu yang menempel. Matanya memandang lurus kedepan, nanar tapi penuh penantian dan harapan. Seakan berbicara tentang banyak masa lalu yang membahagiakan. Matanya juga seakan mengatakan, kalau saat ini Ia sangat rindu sekali, ia sangat bergejolak ingin dipeluk, dibelai, dan uraian nasehat tentang kehidupan.Bulan kelima ini dilaluinya dengan hati yang di isi kerinduan yang mengebu-gebu, harapannya selalu tumbuh dan semakin meningkat kian harinya, gundah pun sesekali menghamipiri suasana hati, maklum ia perempuan. “Allahu Akbar..Allahu Akbar…” bahana suara bilal memecah diamnya perempuan itu, tersentak dari lamunnya, ia baru sadar ternyata sejak ba’da zhuhur harapan dan kerinduan yang menemaninya dalam diam. “ibu..ayo sholat ashar…”ucap seorang bocah laki-laki sambil menarik lengannya. Perempuan itu menoleh dan tersenyum tipis, tangan kanannya membelai rambut hitam anak itu. Lalu ia bangkit dari duduknya dan kembali matanya tertuju kearah depan halaman, pancarannya masih menyisakan rindu dan harapan. “yuks kita sholat, ambil wudhu sana..” kata perempuan itu, “nanti kalo udah besar, hydra yang jadi imam yah bu… gantiin ayah kalo tetep gak pulang-pulang” ujar bocah itu disela-sela wudhunya.“"eits..kalo wudhu gak boleh ngomong hydra..” kata perempuan itu dengan lembut. *** Selesai wudhu, hydra dan ibunya segera masuk ke salah satu ruang dirumah itu, salah satu ruangan dirumah itu memang sengaja di alih fungsikan, sebagai tempat untuk sholat, mengaji dan saling tukar pendapat tentang ke agamaan.Suaminya sudah menunggu, lengkap dengan sarung dan baju kokonya. Ketika istri serta anaknya memasuki ruangan itu, Ia tersenyum dan memberikan arahan untuk segera membentuk shaf.Selesai sholat seperti biasa suaminya memberikan nasehat-nasehat kecil tentang agama.DUARR!! Tiba-tiba dari arah pintu depan terdengar seperti suara pintu di dobrak.“KELUAR!!KELUAR KAMU ERIDANNUS!!” teriak seorang yang mendobrak pintu tadi. Beberapa orang pria menyerbu masuk ke dalam rumah, piring-piring dibanting, buku-buku yang tersimpan rapi dikamar di robek-robek dan dihambur kemana-mana. Pakaian mereka bukan seragam, jaket hitam entah dari kulit atau imitasi. Tato tak jelas gambarnya menghiasi bagian-bagian tubuh yang tak tertutupi.BRUAK!! Meja dan kursi mereka banting tanpa maksud yang jelas, mungkin agar terkesan ini adalah tindakan yang tidak main-main.Hydra segera berlari memeluk ibunya, perempuan itu masih mengenakan mukena. Sambil memeluk anaknya, Ia bergeser kerah sudut ruangan tempat Ia sholat, bibirnya komat-kamit berdoa memohon keselamatan.Ia tidak melihat suaminya diruangan itu.“maaf, apa maksud kedatangan saudara-saudara ini?” terdengar suara suaminya dibalik ruangan, seketika keributan yang ditimbulkan mereka hening.“"KAMU YANG NAMANYA ERIDANNUS!!! JANGAN BANYAK TANYA, IKUT KAMI!!” dengan suara lantangHening.Pelan-pelan perempuan itu keluar dari ruangan sholat , anaknya disuruh menunggu disudut ruangan itu.Kemudian ia memeriksa seluruh ruangan rumah, sepi.Hanya ada secari kertas dengan tulisan“ aku pasti kembali, tunggu saja…dan doakan”Diposting oleh alfi di 21.19 0 komentar
Cinta Sejatikukah???
Diposting oleh alfi di 21.17 0 komentar
Jumat, 19 Maret 2010
CERPEN : persahabatan
Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar. Ivan temanku sudah menunggu diluar rumah kakekku dia mengajakku untuk bermain bola basket.“Ayo kita bermain basket ke lapangan.” ajaknya padaku. “Sekarang?” tanyaku dengan sedikit mengantuk. “Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal.“Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!”, “Iya tapi cepat ya” pintanya.Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah kakekku.“Wah dingin ya.” kataku pada temanku. “Cuma begini aja dingin payah kamu.” jawabnya.Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai. “Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.” ajakku padanya. “Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!”, “Kita ikut main saja dengan orang-orang disini.” paksanya. “Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.” jawabku malas. “Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah orang-orang yang sedang bermain basket.“Ano!” seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang memanggilku. Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat. “Bella?” tanya dalam hati penuh keheranan. Bella adalah teman satu SD denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun lalu. Bukan hanya itu Bella juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja disana. “Hai masih ingat aku nggak?” tanyanya padaku. “Bella kan?” tanyaku padanya. “Yupz!” jawabnya sambil tersenyum padaku. Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil Ivan. “Van! Sini” panggilku pada Ivan yang sedang asyik bermain basket. “Apa lagi?” tanyanya padaku dengan malas. “Ada yang dateng” jawabku. “Siapa?”tanyanya lagi, “Bella!” jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik. “Siapa? Nggak kedengeran!”. “Sini dulu aja pasti kamu seneng!”. Akhirnya Ivan pun datang menghampiri aku dan Bella.Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Bella yang tiba-tiba menyapanya. “Bela?” tanyanya sedikit kaget melihat Bella yang sedikit berubah. “Kenapa kok tumben ke Jogja? Kangen ya sama aku?” tanya Ivan pada Bela. “Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Bela yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu. “Bukan aku kesini mau jenguk nenekku.” jawabnya. “Yah nggak kangen dong sama kita.” tanya Ivan sedikit lemas. “Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang manis.Akhinya Bella mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Bela. Ketika kami sampai di rumah Bela ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 4 tahun. “Bell, ini siapa?” tanyaku kepadanya. “Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku.” jawabnya. “Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”. “Dasar pikun!” ejek Ivan padaku. “Emangnya kamu inget tadi?” tanyaku pada Ivan. “Nggak sih!” jawabnya malu. “Ye sama aja!”. “Biarin aja!”. “Udah-udah jangan pada ribut terus.” Bella keluar dari rumah membawa minuman. “Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?” tanyanya pada kami berdua. “Kalau aku jelas mau dong! Kalau Ivan tau!” jawabku tanpa pikir panjang. “Ye kalau buat Bella aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek Ivan padaku. “Maaf banget Bell, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band.” jawabnya kepada Bella. “Oh gitu ya! Ya udah no nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya!” kata Bella padaku. “Ok deh!” jawabku cepat.Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Bella terkesan dan pamit keorang tuaku aku langsung berangkat ke rumah nenek Bella. Sampai dirumah Bella aku mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Bella pun keluar dan mempersilahkan aku masuk. “Eh ano sini masuk dulu! Bellanya baru siap-siap.” kata beliau ramah. “Iya tante!” jawabku sambil masuk kedalam rumah. Ibu Bella tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah Bella. “Bella ini Ano udah dateng” panggil tante Vivi kepada Bella. “Iya ma bentar lagi” teriak Bella dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya. “Udah siap ayo berangkat!” ajaknya padaku.Setelah pamit untuk pergi aku dan Bella pun langsung berangkat. Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Bella. “Ano kenapa? Kok dari tadi ngeliatin aku terus ada yang aneh?” tanyanya kepadaku. “Eh nggak apa-apa kok!” jawabku kaget.Kami pun sampai di tempat tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan Bella. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Bella kami pun memtuskan untuk langsung pulang kerumah. Sampai dirumah Bella aku disuruh mampir oleh tante Vivi. “Ayo Ano mampir dulu pasti capek kan?” ajak tante Vivi padaku. “Ya tante.” jawabku pada tante Vivi.Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai dirumah aku langsung masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah aku ganti baju aku makan malam. “Kemana aja tadi sama Bella?” tanya ibuku padaku. “Dari jalan-jalan!” jawabku sambil melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur. Tetapi aku terus memikirkan Bella. Kayanya aku suka deh sama Bella. “Nggak! Nggak boleh aku masih kelas 3 SMP, aku masih harus belajar.” bisikku dalam hati.Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Bella terus. Akhirnya sore harinya Bella harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Ivan datang kerumah Bella. Akhirnya keluarga Bella siap untuk berangkat. Pada saat itu aku mengatakan kalau aku suka pada Bella.“Bella aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku” kataku gugup.“Maaf ano aku nggak bisa kita masih kecil!” jawabnya padaku. “Kita lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja!”Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung. Dan akhirnya Bella dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun sedikit kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Bella. Aku berharap persahabatan kami terus berjalan hingga nanti
“huhhh olah raga lagi, bukan jadi sehat malah bikin cape doang,” Aya menggerutu di dalam hatinya.
Aya itu seorang cewe yang simple ga mao repot, oleh karena itu ia disukai banyak temannya, namun hari ini ia merasakan ada yang berbeda dengan sikap teman-temannya, entah apa yang membuat mereka jadi nyuekin Aya, ia pun semakin bingung ketika genk nya “CLARIS” juga ikut-ikutan nyuekin dia.
“Kenapa sih mereka hari ini kayak nya jahat banget ama Aya, kan Aya ga punya salah apa-apa sama mereka, kemaren juga kan kita masih bercanda-bercanda……hikshiks” terlihat kesedihan yang begitu jelas di wajah Aya.
“Eh num lu liat deh si Aya kasian banget yah? Hahaha kayaknya rencana kita berhasil nih” seru Risna, teman satu genk Aya.
“Hehe iya padahal ini kan baru hari pertama kita ngerjain dia, berarti masih ada sekitar empat hari lagi kita ngerjain dia, wah besok kaya apa ya mukanya dia gua udah ga sabar pengen ngeliat,” jelas Hanum yang juga menjadi salah satu anggota geng “Claris”.
Keesokan harinya Aya datang lebih awal kesekolah, ia kira teman-temannya sudah tidak bersikap seperti kemarin lagi, tetapi semuanya malah bertambah parah, di kelas nya tak ada satupun temannya yang mau di ajak ngomong sama dia, bahkan teman sebangku nya ikut-ikutan pindah ninggalin dia sendirian.
Aya begitu bingung, ia masih terus berpikir apa yang membuat teman-temanya sampai tega bersikap seperti itu terhadap dia.
Tak satu pun teman di kelas nya yang mau ngomong sama dia, yang terlintas di pikirannya adalah satu, yaitu datang ke kelas nya Radit, dia adalah seorang cowo yang sangat Aya sayang, ia ingin menenangkan diri nya dengan datang menemui Radit ia berharap akan menemukan kebahagiaan di sisi Radit.
“Eh nis ada Radit ga di dalem?” Tanya Aya kepada salah seorang teman sekelas nya Radit.
“Ehhm ga ada tuh, tadi sih kata nya dia mao ketemu sama anka-anak CLARIS,” jelas anis kepada Aya.
“Ya udah deh makasih ya, tar bilang sama Radit pulang sekolah suruh tungguin gue di depan perpus,” Aya pun berlalu di tengah kerumunan para murid yang sedang beristirahat.
Sudah hampir lima belas menit Aya menunggu Radit di depan perpus, tapi radit belum kelihatan batang hidungnya sama sekali.
“Eh nis nis, Radit udah lu bilangin belom? Dia udah balik belom sih?” Aya mencegat Anis yang kebetulan sedang lewat.
“Kayak nya udah deh, tapi tadi lagi gua suruh nunggu lu di sini dia Cuma senyum-senyum doang, kaya orang lagi kasmaran,” jelas Anis kepada Aya.
“Kasmaran?” mendengar kata-kata Anis barusan, hati Aya semakin kacau balau ia berpikir kalau pacarnya itu sudah punya gebetan lain untuk menggantikan dirinya, tanpa pikir panjang ia langsung bergegas pulang dengan rasa sedih yang sangat mendalam di hati nya.
Sesampai nya di rumah ia mencoba menelepon Radit, meski sudah berkali-kali ia coba tetap saja gak ada jawaban. Ia mencoba untuk mengirim pesan, namun hasil nya tetap sama gak ada balasan yang ia terima. Betapa sedihnya aya, padahal 2 hari lagi adalah hari yang special dalam hidup nya, padahal ia pernah bermimpi dihari ulang tahunnya nanti akan ada teman-temannya dan seseorang yang sangat ia sayang, namun bagi Aya hal itu rasanya gak mungkin terjadi, teman-temannya nyuekin dia pacarnya juga gak ketahuan kabarnya gimana……
“Oopssss….dah hari jum’at neh, hahay nih kan hari terakhir si Aya dikerjain gue udah ga sabar penegn ngeliat mukanya si Aya, pasti udah ga karuan deh. Oia gue kan belom beli kado buat dia, minta anterin sama siapa ya? Tau ah tar juga pulang sekolah ada yang nemenin gue,”
“Mahh…Radit berangkat dulu ya….” Radit berangkat sekolah dengan penuh semangat.
“Dasar anak SMA, pasti lagi seneng tuh berangkat sekolah saking semangat nya sampe lupa sarapan, tar kalo udah sakit aja orang tua juga deh yang repot,”
Sesampainya di sekolah Radit sempat ngeliat Aya di kelasnya, seperti yang ia kira mukanya Aya emang keliatan kusut banget. Kebetulan ia ketemu sama Hanum.
“Eh num, pulang sekolah anterin gua yuk…”
“Kemane?” Tanya Hanum yang kebingungan
“Nyari kado buat temen lo,mao kan?”
“Ga mao ah,ama yang laen aja…”
“Yah ayo dong…lu kan sohib gue, tar gue traktir makan deh,”
“Beneran yah!!! Awas lo kalo boong,”
“Iya iya gue janji….tar pulang sekolah gua ke rumah lo,”
Setelah keduanya sepakat, Radit segera kembali ke kelasnya, ia takut kalau nanti ia ketemu sama Aya. Dan sampai bel pulang sekolah Radit benar-benar menghilang dari diri Aya.
Akhirnya hari sabtu tiba juga, Aya berangkat dengan wajah yang lesu padahal hari ini adalah hari ulang tahunnya, namun baginya apalah artinya jika hari ulang tahun tanpa teman-teman dan tanpa seorang kekasih yang udah nyuekin dia tanpa sebab, hari ini menjadi ga berarti buat nya.
Radit ternyata sudah tiba di sekolah lebih dulu sebelum kedatangan Aya, ia sudah berkumpul dengan semua anggota “Claris”, siap dengan strategi untuk ngerjain Aya.
“Permisi pak…mau manggil Radit nya sebentar” Desy dan Lily memanggl Radit di kelas nya yang sedang belajar matematika, untung guru nya pak Karlan, jadi bisa meninggalkan kelas dengan mudah.
“Ayo dit, temenin gua bilang ke bu Kartini,”
“Lho..bilangin apaan?”
“Ya kan ntar kita ngerjain si Aya pas jam pelajaran nya dia,”
“Ga jadi jam istirahat?”
“Ah ga usah tar kalo jam istirahat banyak anak-anak kelas laen,”
Setelah bel pergantian jam pelajaran semua telah siap buat ngerjain Aya, tanpa sepengetahuan Radit ternyata teman-temannya Aya sudah menyiapkan kue ulang tahun lengkap dengan lilin yang berbentuk angka 16, karena itu bukan kelas nya Radit jadi ia harus menunggu di luar kelas sampai Aya keluar kelas baru ia bisa masuk.
Bu Kartini menyuruh Aya untuk merapikan seragam nya, karena baju nya berantakan. Aya pun segera ke toilet untu merapikannya dan saat itulah Radit masuk kelas nya Aya, ia bersembunyi di balik pintu dengan kue ulang tahun di tangannya.
“Happy Birtday To You…Happy Birthday To You….Happy Birthday Happy Birthday Happy Birthday To….You…..” begitulah sepotong lirik lagu Happy Birthday yang di nyanyikan teman teman sekelas Aya ketika ia kembali dari Toilet.
“Happy birthday ya….sorry kita semua udah ngerjain elu sampe nyuekin elu tanpa sebab..” Radit menjadi yang pertama mengucapkan Happy Birthday buat Aya.
“iiiiiihhhh……jahat….tapi makasih ya, hari ini akan jadi hari yang ga akan pernah gua lupain dalam hidup gue, makasih buat semua nya. Gue ngerasa jadi orang yang paling beruntung di dunia ini karena udah punya cowo kaya lo, dan gue juga dapet temen-temen kaya kalian semua terutama “Claris” YOU ARE THE BEST……” dengan senyum kecil dan sedikit air mata yang menjadi tanda keceriaan nya saat itu ia memeluk Radit dan semua anak-anak Claris, Dan Aya segera meniup lilin ulang tahun nya.
“Potong kue nya dong…..” seru salah seorang teman Aya.
“weits…tunggu dulu gue masih punya sesuatu, Radit bakal ngasihin ini buat Aya,” seru Hanum dengan setangkai bunga mawar di tangannya.
“Apaan nih num?” Radit bingung
“udah kasih aja, Ay Radit mao ngasih yang special buat lo,”
“Ay terima ini ya….” Radit memberikan bunga itu dengan tangan yang sedikit gemetar, dan kejadian tersebut membuat seisi kelas berteriak
Setelah itu Aya segera memotong kue ulang tahun nya, “Ayo potongan kue pertama nya mao dikasih siapa?” seru risna dengan suara cempreng nya. Gak lama kemudian, Aya memberikan potongan kue tersebut kepada Radit, kedua nya pun tersenyum malu, setelah itu Risna langsung mengambil kue itu dan melempar nya ke wajah Aya, dan semua nya ikut-ikutan lempar-lemparan kue tersebut, hingga mereka larut dalam kebahagiaaan sampai lupa kalau disitu masih ada guru.
Diposting oleh alfi di 21.00 0 komentar
Senin, 15 Maret 2010
CERPEN : Untuk Sahabat
 Ketika dunia terang, alangkah semakin indah jikalau ada sahabat disisi. Kala langit mendung, begitu tenangnya jika ada sahabat menemani. Saat semua terasa sepi, begitu senangnya jika ada sahabat disampingku. Sahabat. Sahabat. Dan sahabat.   Ya, itulah kira-kira sedikit tentang diriku yang begitu merindukan kehadiran seorang sahabat. Aku memang seorang yang sangat fanatik pada persahabatan. Namun, sekian lama pengembaraanku mencari sahabat, tak jua ia kutemukan. Sampai sekarang, saat ku telah hampir lulus dari sekolahku. Sekolah berasrama, kupikir itu akan memudahkanku mencari sahabat. Tapi kenyataan dengan harapanku tak sejalan. Beragam orang disini belum juga bisa kujadikan sahabat. Tiga tahun berlalu, yang kudapat hanya kekecewaan dalam menjalin sebuah persahabatan. Memang tak ada yang abadi di dunia ini. Tapi paling tidak, kuharap dalam tiga tahun yang kuhabiskan di sekolahku ini, aku mendapatkan sahabat. Nyatanya, orang yang kuanggap sahabat, justru meninggalkanku kala ku membutuhkannya.   “May, nelpon yuk. Wartel buka tuh,” ujar seorang teman yang hampir kuanggap sahabat, Riea pada ‘sahabat’ku yang lain saat kami di perpustakaan.   “Yuk, yuk, yuk!” balas Maya, ‘sahabatku’. Tanpa mengajakku   Kugaris bawahi, dia tak mengajakku. Langsung pergi dengan tanpa ada basa-basi sedikitpun. Padahal hari-hari kami di asrama sering dihabiskan bersama. Huh, apalagi yang bisa kulakukan. Aku melangkah keluar dari perpustakaan dengan menahan tangis begitu dasyat. Aku begitu lelah menghadapi kesendirianku yang tak kunjung membaik. Aku selalu merasa tak punya teman.   “Vy, gue numpang ya, ke  kasur lo,” ujarku pada seorang yang lagi-lagi kuanggap sahabat.   Silvy membiarkanku berbaring di kasurnya. Aku menutup wajahku dengan bantal. Tangis yang selama ini kutahan akhirnya pecah juga. Tak lagi terbendung. Sesak di dadaku tak lagi tertahan. Mengapa mereka tak juga sadar aku butuh teman. Aku takut merasa sendiri. Sendiri dalam sepi begitu mengerikan. Apa kurangku sehingga orang yang kuanggap sahabat selalu pergi meninggalkanku. Aku tak bisa mengerti semua ini. Begitu banyak pengorbanan yang kulakukan untuk sahabat-sahabatku, tapi  lagi-lagi mereka ‘menjauhiku’.    “Faiy, lo kenapa sih ? kok nangis tiba-tiba,” tanya Silvy padaku begitu aku menyelesaikan tangisku.   “Ngga papa, Vy,” aku mencoba tersenyum. Senyuman yang sungguh lirih jika kumaknai.   “Faiy, tau nggak ? tadi gue ketemu loh sama dia,” ujar Silvy malu-malu. Dia pasti ingin bercerita tentang lelaki yang dia sukai.    Aku tak begitu berharap banyak padanya untuk menjadi sahabatku. Kurasa semua sama. Tak ada yang setia. Kadang aku merasa hanya dimanfaatkan oleh ‘sahabat-sahabatku’ itu. Kala dibutuhkan, aku didekati. Begitu masalah mereka selesai, aku dicampakkan kembali.    “Faiy, kenapa ya, Lara malah jadi jauh sama gue. Padahal gue deket banget sama dia. Dia yamg dulu paling ngerti gue. Sahabat gue,” Silvy curhat padaku tentang Lara yang begitu dekat dengannya, dulu.   Sekarang ia lebih sering cerita padaku. Entah mengapa mereka jadi menjauh begitu.    “Yah, Vy. Jangan merasa sendirian gitu dong,” balasku tersenyum. Aku menerawang,” Kalau lo sadar, Vy, Allah 
Diposting oleh alfi di 19.54 0 komentar
.jpg)